Selasa, 16 Maret 2010

Kontekstualisasi Islam diranah Bumi Pertiwi

Kontekstualisasi Islam diranah Bumi Pertiwi

Sesuatu yang sudah tidak menjadi rahasia umum bahwa Indonesia merupakan negara dengan umat islam terbanyak didunia, berawal dari pernyataan tersebut timbul pertanyaan apakah potensi dan juga apakah kelemahan yang dimiliki indonesia dengan kondisi islam sebagai mayoritas agama yang dianut dibanding dengan agama maupun kepercayaan lain.
Melihat sejarah perjuangan indonesia yang panjang dan berliku dalam mewujudkan kemerdekaan, semua ini tidak lepas dari perjuangan umat islam, Pangeran Diponegoro dengan gerilyanya, Imam Bonjol dengan perang padrinya, begitu juga dengan Jendral Sudirman dengan kegighannya mempertahankan NKRI untuk ditinggalkan bagi anak dan cucu, dari sini sekiranya tidak terlalu berlebihan kalau umat islam mengkaim bahwa RI adalah hasil perjuangannya, tetapi haruskah indonesia menjadi sebuah negara islam?
Potensi-potensi umat islam dilihat dari segi politik, seharusnya mempunyai kedudukan yang bisa mempengaruhi warna dan arah perpolitikan indonesia, mengontrol agar kebikjakan-kebijakan pemerintah tidak lepas dari alur syariat islam dan mempunyai kecondongan berpihak kepada umat islam.
Dari segi kultural (cultural aspect), kebudayaan dan tradisi indonesia yang beragam menjadi aset berharga yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, meminjam istilah Cak Nun, indonesia akan menjadi negara yang beradab ketika kita tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi tradisi yang telah terbentuk selama dalam proses evolusi nenek moyang kita. Keberadaan berbagai organisasi islam di indonesia bisa menjadi wadah dan media untuk membina dan mengembangkan umat.
Seiring dengan keberadaan potensi-potensi yang dimiliki umat islam yang tersebut diatas,terdapat berbagai kelemahan-kelemahan yang mengikuti potensi tersebut. Eksistensi islam dindonesia sebagai umat terbanyak justru menjadi bomerang bagi kita sendiri karena keberadaan SDM itu tidak diikuti dangan peningkatan kualitas SDM yang memadai.penurunan ini tidak lepas dari jauhnya umat islam itu sendiri dari nilai-nilai yang diajarkan islam sehingga kita sering lupa bahwa kita sedang berada di negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim, kondisi ini diperburuk dengan lemahnya tradisi keilmuan yang tertanam pada generasi muda islam.
Keberagaman tradisi, budaya, maupun organsasi islam justru menjadi api penyulut perpecahan, hal ini terjadi karena sifat (primordialisme) dan (fanatisme) kelompok dan golongan yang ada dalam sebagian besar bengsa indonesia. Pertentangan itu juga terjadi dalam lingkup islam tradisionalis, modernis, sampai liberalis, sejarah panjang peradaban (tamaddun) islam di Indonesia memberikan sinyalemen positif (positif signal) kearah islam yang modernis dan bermartabat asalkan kita selalu berusaha untuk mengkonstelasikan (menghubungkan) antara paradigma konseptual dengan paradigma islam aktual.
Wallahu a’lam bissowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar